Selasa, 14 Januari 2014

Batik dan Filosofinya



Batik  sebagai  produk  seni  adiluhung, awalnya  kelahirannya  banyak  diwarnai  simbol- simbol keraton. Penggunaannya pun seperti masih terbatas didominasi oleh kalangan keraton. Tapi akibat pergeseran waktu, batik pun kemudian menjadi komoditas yang diperdagangkan secara luas. Dewasa ini, penggunaan batik sudah mulai memasyarakat. Batik juga sudah mulai digunakan tidak hanya dalam upacara adat, namun juga dalam keseharian. Mulai bermunculan baju-baju yang  bermotif  batik.  Hingga  saat ini  banyak  sekali  tempat tempat khusus yang menjual batik ini. Mulai dari batik yang benar-benar sakral dan murni, hingga batik modifikasi yang diaplikasikan dalam pakaian sehari-hari.

Dalam perkembangannya, upaya membuat kain Nusantara bisa memenuhi kebutuhan masa kini mengambil beragam bentuk. Bukan hanya ragam hias yang disesuaikan kebutuhan saat ini atau benang kapas diganti sutra untuk mendapatkan kain yang lebih ringan dan lebih mudah  disesuaikan untuk berbagai keperluan, melainkan juga cara kain tersebut digunakan, terutama ketika kain tersebut ditujukan untuk busana.Saat ini batik telah menjadi tren baru di tengah masyarakat. Tak hanya sandang yang menggunakan kain batik sebagai bahannya. Sarung bantal, gordyn, dan seprei pun telah ada yang  menggunakan kain batik. Ini adalah awal mula yang baik bagi pelestarian seni batik. Awalnya harus  mencintai dahulu, kemudian muncul rasa andarbeni (memiliki) dan akhirnya
nguri-uri (melestarikan).

Arti dan Makna Batik


Secara etimologis batik mempunyai pengertian akhiran “tik” dalam kata “batik” berasal dari kata menitik atau menetes. Dalam bahasa kuno disebut serat, dan dalam bahasa ngoko disebut “tulis” atau menulis dengan lilin. Menurut Kuswadji (1981:2) “mbatik” berasal dari  kata “tik” yag berarti kecil. Dengan demikian dapat dikatakan “mbatik” adalah menulis atau menggambar serba rumit (kecil-kecil).

Arti  batik  dalam  Kamus  Umum  Bahasa  Indonesia  ialah  kain  dan  sebagainya  yang bergambar (bercorak beragi) yang pembuatannya dengan cara titik (mula-mula ditulisi atau ditera dengan lilin lalu diwarnakan dengan tarum dan soga) (WJS Poerwadarminta,1976:96).
Pendapat senada dikemukakan Murtihadi dan Mukminatun (1997:3) yang menyatakan batik adalah cara pembuatan bahan sandang berupa tekstil yang bercorak pewarnaan dengan menggunakan lilin sebagai penutup untuk mengamankan warna dari perembesan warna yang lain di dalam pencelupan.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa batik adalah bahan tekstil  hasil pewarnaan menurut corak khas motif batik, secara pencelupan rintang dengan menggunakan lilin batik sebagai bahan perintang.

Yang dimaksud dengan teknik membuat batik adalah proses proses pekerjaan dari tahap persiapan kain sampai menjadi kain batik. Pekerjaan persiapan meliputi segala pekerjaan pada kain   mori  hingga  siap  dibuat  batik  seperti  nggirah/ngetel  (mencuci),  nganji(menganji), ngemplong(seterika,  kalendering.   Sedangkan  proses  membuat  batik  meliputi  pekerjaan pembuatan batik yang sebenarnya terdiri dari pelekatan lilin batik pada kain untuk membuat motif,   pewarnaan   batik   (celup,   colet,   lukis/painting,   printing),   yang   terakhir   adalah penghilangan lilin dari kain . (Sewan Soesanto, 1974).

Untuk membuat motif batik dapat dilakukan dengan cara secara tulis tangan dengan canting  tulis (batik tulis), menggunakan cap dari tembaga disebut batik cap, dengan jalan dibuat motif  pada  mesin printing (batik printing), dengan cara dibordir disebut batik bordir, serta dibuat dengan kombinasi kombinasi cara cara yang telah disebutkan.

Kain batik adalah kain yang motifnya bercorak batik yang dibuat/digambar dengan cara pelekatan lilin (malam). Sedangkan kain bermotif   batik adalah kain yang bermotif/bercorak batik  tetapi motifnya tidak digambar melalui pelekatan lilin batik, biasanya dengan mesin printing tekstil.
Teknologi  pembuatan  batik  di  Indonesia  pada  prinsipnya  berdasarkan  (Resist  Dyes Technique” (Teknik celup rintang) dimana pembuatannya semula dikerjakan dengan cara ikat- celup  motif  yang  sangat  sederhana,  kemudian  menggunakan  zat  perintang  warna.  Pada mulanya sebagai zat perintang digunakan bubur ketan, kemudian  diketemukan zat perintang dari malam(lilin) dan digunakan sampai sekarang.

Berbagai Macam Motif Batik


Motif batik adalah kerangka gambar yang mewujudkan batik secara keseluruhan (Sewan Susanto,  1980:212). Motif batik terdiri dari dua bagian, yaitu ornamen motif batik dan isen motif batik

Penggolongan motif batik


1.  Motif Batik Geometris

Motif Geometris adalah motif-motif batik yang ornament-ornamennya merupakan susunan geometris. Ciri ragam hias geometris ini adalah motif tersebut mudah dibagi-bagi menjadi bagian-bagian yang  disebut satu  “raport”.  Golongan  geometris  ini  pada  dasarnya  dapat dibedakan atas dua macam, yaitu:

a.   Raportnya berbentuk seperti ilmu ukur biasa, seperti bentuk-bentuk segiempat, segiempat panjang atau lingkaran. Motif batik yang memiliki raport segi empat adalah golongan Banji, Ceplok, Ganggang, Kawung.
b.   Raportnya tersusun dalam garis miring, sehingga raportnya berbentuk semacam belah ketupat. Contoh motif ini adalah golongan parang dan udan liris.


Contoh Motif Geometris




2.  Motif Batik Non Geometris


Motif non geometris adalah motif-motif batik yang tidak geometris. Termasuk dalam motif ini   adalah  motis  Semen,  Buketan,  Terang  Bulan.  Motif-motif  golongan  non  geometris tersusun dari ornament-ornamen tumbuhan, Meru, Pohon Hayat, Candi, Binatang, Burung, Garuda, Ular (Naga) dalam susunan tidak teratur menurut bidang geometris meskipun dalam
bidang luas akan terjadi berulang kembali susunan motif tersebut.

Ornamen Motif Batik


Ornamen motif batik terdiri atas ornamen utama dan ornamen pengisi bidang.

a. Ornamen utama adalah suatu ragam hias yang mempunyai arti, sehingga susunan ornamen- ornamen itu dalam suatu motif membuat jiwa atau arti daripada motif itu sendiri.
Contoh:
  • Sawat atau lar, melambangkan mahkota atau penguasa tertinggi
  • Meru melambangkan gunung atau tanah
  • Lidah api atau Modang, melambangkan nyala api
  • Ular/naga, melambangkan air
  • Burung, melambangkan angin
Contoh ragam Hias :


 b.Ornamen tambahan tidak mempunyai arti dalam pembentukan motif dan berfungsi sebagai pengisi bidang. Bentuk lebih kecil dan sederhana. Dalam satu motif dapat diisi satu atau beberapa ornament pengisi.

Isen motif batik




Motif batik terdiri dari ornamen utama dan ornamen pengisi. Isen motif batik adalah berupa titik-titik, garis-garis, gabungan titik dan garis yang berfungsi untuk mengisi ornamen-ornamen dari motif atau pengisi bidang diantara ornamen-ornamen tersebut. Isen motif ada bermacam- macam dan sekarang masih berkembang, seperti: cecek, cecek pitu, sisik melik, cecek sawut, cecek sawu daun, sisik gringsing, galaran, rambutan, sirapan, cacah gori, dan sebagainya.


Makna Masing Masing Motif Batik


















 




Untuk lebih memahami makna batik, ada dua daerah asal batik yang perlu dipelajari yaitu daerah Yogyakarta dan daerah Solo.

1.   Batik daerah Solo


Daerah Solo merupakan kerajaan dengan segala tradisi dan adat istiadatnya. Ragam hias batik diciptakan dengan pesan dan harapan semoga membawa kebaikan bagi pemakai. Semua dilukiskan secara simbolis, misalnya:
a.   Ragam hias larangan dan dianggap sakral, hanya dikenakan raja dan keluarganya yaitu parang rusak barong, sawat dan kawung.

b.   Ragam hias slobog, berarti agak besar/longgar dipakai untuk melayat. harapannya semoga arwah yang meninggal tidak mendapat halangan.

c.    Sidomukti, dipakai pengantin. Sido berarti terus menerus dan mukti berarti hidup berkecukupan.

d.   Truntum, dipakai orang tua
pengantin.

Truntum berarti menuntun, maknanya orang tua menuntun mempelai memasuki hidup baru

e.   Satria Manah, dipakai wali pengantin pria ketika meminang dengan harapan semoga lamaran sang pria dapat diterima dengan baik oleh pihak wanita.

f.    Semen Rante, dipakai wali pengantin wanita ketika menerima lamaran. Rantai melambangkan ikatan yang kokoh.Harapannya jika lamaran telah diterima, pihak wanita menginginkan hubungan erat dan kokoh yang tidak
dapat lepas lagi.

g.   Parang   Kusumo,   dipakai   gadis   pada upacara  tukar   cincin.   kusumo  berarti bunga yang sedang mekar


h.   Pamiluto,  dikenakan  ibu  si  gadis  pada upacara  tukar  cincin.  Berasal  dari  kata pulut, melambangkan harapan ibu agar pasangan    dara    dan    pria    tidak terpisahkan lagi.

i.    Bondet, dipakai pengantin wanita pada malam    pertama.    Berasal    dari    kata bundet berarti saling mengikat

k.    Ceplok Kasatriyan, dipakai sebagai kain untuk upacara kirab pengantin. Batik ini digunakan oleh golongan menengah ke bawah. Pemakainya agar terlihat gagah dan memiliki sifat ksatria.

2.   Batik daerah Yogyakarta


Perpaduan tata ragam hias Yogyakarta cenderung pada perpaduan berbagai jenis ragam hias geometris dan berukuran besar, misalnya:
a.   Ragam hias Grompol, dikenakan pada upacara perkawinan. Grompol berarti berkumpul atau bersatu, merupakan pengharapan berkumpulnya segala sesuatu yang baik-baik seperti rejeki,
kebahagiaan, keturunan, hidup rukun dan  sebagainya.


b.   Tambal digunakan untuk selimut orang sakit. Tambal diambil dari pengertian menambal, yaitu berarti menambah atau memperbaiki sesuatu yang kurang sehingga kemudian dianggap dapat menyehatkan yang sakit.

Batik tidak hanya sekedar wastra, tetapi karya seni budaya, yang pada awalnya selalu dihadirkan pada upacara-upacara tradisi dalam masyarakat Jawa. Batik selalu menyertai setiap tahapan dalam daur hidup manusia. Filosofi dalam pola batik yang merupakan harapan atau doa-doa itulah yang menyebabkan batik selalu ada pada setiap upacara-upacara masyarakat Jawa, dan di indonesia pada umumnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar